Gowa, 23 September 2024 – Jurusan Kimia dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Kimia UIN Alauddin Makassar menggelar seminar internasional dengan tema "Inovasi Kimia untuk Keberlanjutan Lingkungan dan Kesehatan Global". Seminar ini menghadirkan para pakar dari berbagai negara, termasuk akademisi, peneliti, dan praktisi di bidang kimia dan lingkungan.
Acara yang diadakan di Auditorium Kampus 2 UIN Alauddin ini bertujuan untuk membahas peran kimia dalam mendukung upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama terkait kesehatan (SDG 3) dan lingkungan (SDG 13). Salah satu topik utama yang dibahas adalah bioinformatika, yang menawarkan solusi inovatif dalam penanganan tantangan SDG, seperti analisis mikrobioma air dan pengelolaan sumber polusi menggunakan teknik bioinformatika.
Bapak Ihsan Charismawan, salah satu pembicara dari Japan, yang saat ini bekerja di perusahaan bioteknologi (bitBiome Inc.), menyampaikan pentingnya integrasi bioinformatika dalam bidang kimia untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan kelestarian lingkungan. "Bioinformatika memungkinkan kita melacak evolusi penyakit infeksi dan mengidentifikasi sumber polusi dengan lebih efisien. Ini merupakan langkah signifikan dalam mewujudkan keberlanjutan di masa depan," ungkapnya. Beberapa poin penting yang dibahas adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), SDG mencakup 17 tujuan global yang bertujuan untuk mengatasi tantangan-tantangan global. Menurut Laporan SDG 2023, hanya 12% dari target SDG yang berada di jalur yang tepat, sedangkan 30% tidak mengalami kemajuan.
2. Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG), investasi pada perusahaan yang mematuhi prinsip ESG meningkat pesat, dengan aset ESG global diperkirakan mencapai $53 triliun pada 2025, mewakili sepertiga dari total aset.
3. Bioinformatika sebagai Jembatan Baru, bioinformatika menggunakan komputer untuk menganalisis data biologis seperti gen dan protein, berperan penting dalam mendukung tujuan SDG dan ESG.
4. Tantangan SDG Utama di Indonesia, kesehatan (SDG 3): Indonesia menempati peringkat 88 dari 191 negara dalam indeks kesehatan SDG. Air bersih (SDG 6): 25,7 juta orang di Indonesia masih tidak memiliki akses air bersih. Kehidupan bawah air (SDG 14): Indonesia memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi namun terancam oleh polusi laut.
5. Peran Bioinformatika dalam SDG, kesehatan (SDG 3): Analisis data genom dapat melacak evolusi penyakit menular. Kehidupan bawah air (SDG 14): Bioinformatika dapat meningkatkan akurasi pemantauan keanekaragaman hayati laut hingga 40%.
6. Studi Kasus: Analisis Mikrobioma Air, penggunaan sekuensing DNA pada sampel air untuk mendeteksi patogen berbahaya dan polutan seperti logam berat. Studi di Yogyakarta 2022 menunjukkan bioinformatika dapat mendeteksi kontaminasi dengan akurasi 95%, yang mengarah pada penutupan pembuangan limbah ilegal.
7. Penelusuran Sumber Polusi, dengan metagenomik, bioinformatika dapat melacak indikator mikroba ke sumber polusinya. Studi di Bandung menemukan 40% polusi mikroba di sungai berasal dari limpasan pertanian.
Beliau menyimpulkan bahwa bioinformatika menawarkan solusi berbasis data untuk tantangan SDG di Indonesia, terutama dalam pengelolaan air, kesehatan, dan konservasi lingkungan.
Seminar ini dihadiri oleh ratusan peserta dari kalangan mahasiswa dan siswa, guru dan dosen, serta praktisi kimia, yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kolaborasi dalam mengembangkan solusi kimia yang mendukung pencapaian SDG di Indonesia dan dunia.