KIMIA DI BALIK PRODUK PERAWATAN WAJAH : ANTI AGING
Pendahuluan
Perawatan wajah (skin
care) telah menjadi rutinitas yang tidak hanya ditujukan untuk merawat
tampilan wajah saja tapi juga untuk menjaga kesehatan kulit jangka panjang.
Tidak kalah pentingnya, skin care juga menjadi cara bagi para wanita untuk
memanjakan diri setelah lelah beraktivitas di dalam atau di luar rumah.
Sehingga, sebagian wanita menganggap rutinitas skincare dan perawatan diri
lainnya sebagai me time yang sangat berharga sebagai sebuah bentuk penghargaan
pada diri sendiri (self-reward).
Beberapa produk perawatan telah kita bahas sebelumnya,
yaitu basic skincare (pembersih
wajah, pelembab, tabir surya) dan whitening
agent/pencerah wajah (asam askorbat, niasinamida dan deosiarbutin). Kali
ini kita akan membahas produk yang berfungsi sebagai anti penuaan yang dikenal
dengan istilah anti-aging. Sesuai namanya, produk ini mengandung bahan-bahan
aktif yang dapat menghambat proses pembentukan tanda-tanda penuaan seperti
keriput dan pembesaran pori-pori wajah. Selain itu, anti aging juga dapat merangsang
percepatan proses regenerasi kulit sehingga kulit tampak lebih kenyal, lembab
dan segar.
Penuaan (Aging)
Penuaan adalah proses alami yang akan dialami semua
makhluk hidup. Sel-sel tubuh akan menua seiring berkurangnya laju regenerasi
sel-sel baru. Dalam QS. Ar-Ruum: 54
Allah berfirman,
“Allah, Dialah
yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
setelah lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu setelah lemah itu
menjadi kuat (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan Dia-lah Yang Mahamengetahui lagi Mahakuasa”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa kekuatan
setelah kelemahan pada ayat ini adalah pada saat manusia keluar dari perut
ibunya dalam keadaan dha’if dan kecil serta kondisi lemah kemudian dia tumbuh
dewasa sedikit demi sedikit. Hingga menjadi anak kecil, kemudian balita,
kemudian baligh, kemudian menjadi pemuda. Kemudian barulah dia mengalami
kekurangan yaitu saat bongkok dan tua, dan itulah kelemahan setelah kekuatan.
Saat itu, tekad, langkah dan gerak semakin lemah, rambut beruban, bentuk zahir
dan sifat batin semakin berubah (Abdurrahman, 2008). Dari tafsir ayat ini
diketahui bahwa tanda penuaan antara lain munculnya uban, kondisi tubuh yang
melemah serta berubahnya sifat batin. Tanda-tanda ini adalah peringatan dari
Allah bahwa kehidupan terus berjalan hingga waktu manusia akan habis di dunia
dan baginya tidak lain adalah kesadaran untuk bersegera mempersiapkan kehidupan
setelah mati.
Secara medis, penuaan pada manusia mencakup
serangkaian proses perubahan biologis, fisiologis dan struktural pada sel,
jaringan dan organ. Proses ini dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar, yaitu
faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Penuaan mengakibatkan berkurang
bahkan hilangnya elastisitas kulit, menurunnya fungsi organ tubuh, meningkatnya
resiko penyakit degeneratif dan menurunnya imunitas tubuh (Ganceviciene et al.,
2012).
Proses Penuaan
Dalam konteks perawatan wajah, penuaan ditandai dengan
munculnya kerutan, garis-garis halus, flek dan membesarnya pori wajah.
Tanda-tanda penuaan ini merupakan hasil dari proses yang saling terkait antara
kulit, jaringan lunak dan tulang pada wajah. Setiap bagian mengalami penuaan
selnya masing-masing dan juga saling memberi pengaruh satu sama lain. Perubahan
pada tulang dan jaringan wajah akan memberi pengaruh pada lapisan kulit di
atasnya. (Swift et al., 2021). Penuaan pada sel ditentukan oleh faktor-faktor
dari dalam seperti penurunan kadar hormon, penurunan kapasitas perbaikan DNA
dan mutasi DNA. Faktor dari luar seperti gaya hidup, asupan nutrisi yang tidak
memadai, paparan toksin dan radiasi UV yang berkepanjangan (Zargaran et al.,
2022). Akumulasi dari faktor dalam dan luar menghasilkan perubahan struktural
dan fisiologis pada kulit.
Anti-aging
Proses penuaan dapat ditangani dengan beberapa treatment yang fokus pada permasalahan
dari lapisan kulit. Penanganan yang paling mudah namun paling mendasar adalah
proteksi terhadap paparan UV dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan atau
menggunakan tabir surya (Shin et al., 2023). Penelitian menunjukkan bahwa
radiasi UV dan polusi memicu produksi spesi oksigen reaktif (ROS) dalam sel
yang dapat merusak komponen-komponen sel seperti lemak, protein dan DNA yang selanjutnya mengakibatkan disfungsi sel
(Gu et al., 2020). Selain itu, proteksi dasar ini dapat dibantu dengan prosedur
klinis dan penggunaan bahan-bahan aktif yang dikemas dalam sediaan produk
anti-aging. Serum adalah salah satu bentuk sediaan yang dianggap efektif untuk
penggunaan mandiri karena mengandung bahan-bahan aktif dengan konsentrasi yang
lebih tinggi. Selain itu, konsistensinya lebih ringan sehingga mudah meresap
masuk ke dalam lapisan kulit (Gite, 2023). Paduan karakteristik ini menjadikan
serum berpotensi bekerja lebih efektif terutama bila digunakan secara rutin
sesuai aturan baik kadar, waktu maupun durasinya.
Retinol
Ada beberapa bahan aktif anti-aging yang diformulasi
dalam bentuk serum. Salah satu yang paling populer saat ini adalah retinol.
Serum retinol saat ini telah dijual bebas dalam berbagai merek dagang. Semuanya
memiliki satu klaim yang sama yaitu, mengurangi tanda-tanda penuaan.
Retinol atau vitamin A1 adalah salah satu senyawa dalam golongan retinoid yang dikenal efektivitasnya sebagai bahan aktif anti penuaan. Retinoid merupakan golongan senyawa turunan retinol baik yang alami maupun sintetik dengan struktur dan aktivitas yang hampir sama dengan retinol. Beberapa senyawa lain yang termasuk dalam retinoid adalah retinol, retinal, asam retinoat, 3-dehidroretinol dan 13-cis-retinol (Zasada & Budzisz, 2019). Struktur retinoid tersusun atas unit isopren yang membentuk cincin sikloheksenil dan rantai samping dengan ikatan rangkap terkonjugasi serta gugus polar di ujung rantai. Dengan struktur seperti ini, golongan retinoid dapat larut dalam senyawa lipofilik yang merupakan struktur dasar senyawa-senyawa penyusun sel dalam tubuh dan juga dapat berikatan dengan reseptor untuk menginduksi proses transkripsi DNA (Vivat-Hannah & Zusi, 2005).
Umumnya produk anti aging yang yang diproduksi sebagai
sediaan topikal menggunakan retinol (ROL). Namun, bentuk aktif yang dapat
langsung bekerja dalam lapisan kulit adalah asam retinoat (RA) (D’Ambrosio et
al., 2011). Sebagai prekursor, retinol diubah secara bertahap oleh reaksi
enzimatis. Pada tahap pertama retinol diubah menjadi retinaldehid oleh enzim
alkohol dehidrogenase/ADH. Tahap selanjutnya adalah perubahan retinaldehid
menjadi asam retinoat oleh retinaldehid dehidrogenase/RALDH (Shao et al., 2017)
Mekanisme
Anti-aging Retinoid
Beberapa mekanisme anti aging dari retinoid secara
selular dan molekular telah dikaji diantaranya; mengatur ekspresi gen di
tingkat seluler (Zasada & Budzisz, 2019), menstimulasi sintesis kolagen,
menghambat aktivitas MMP (matrix metalloproteinase) yang dapat merusak serat
kolagen(Rossetti et al., 2011), dan sebagai antioksidan yang mengurangi spesi stress oxidative (Clark, 2008).
Retinoid (RX) diketahui dapat bekerja pada lapisan
dermis dan epidermis. Peran retinol secara topikal adalah masuk ke dalam
lapisan kulit dan berikatan dengan struktur lipofilik membran sel. Pengikatan
ini menginduksi dan mengaktivasi reseptor asam retinoat/retinoic acid receptors (RAR) dan reseptor retinoid lainnya/retinoid X receptors (RXR). Selanjutnya
aktivasi ini akan mengatur ekspresi gene selular pada epidermis dan dermis.
Mekanisme
Anti-Aging pada Epidermis
Penuaan pada epidermis ditandai dengan menipisnya
lapisan epidermis dan meratanya rete
ridges, suatu struktur bergelombang pada pertemuan dermis dan epidermis.
Penuaan di lapisan ini diakibatkan oleh menurunnya ekspresi gen COL17A1 yang
mengkode protein Collagen XVII. Protein Collagen XVII adalah protein yang
berperan penting dalam menjaga adhesi epidermal pada membran dermis. Pengikatan
yang baik antara protein pada membran sel epidermis dengan reseptor asam
retinoat dapat meningkatkan aktivitasnya dalam mengatur homeostatis kolagen di
lapisan epidermis. Kurangnya reseptor asam retinoat pada permukaan sel akan
menurunkan fungsinya dalam mengatur ekpresi gen COL17A1. Beberapa komponen sel
yang dipengaruhi oleh ekspresi gen ini antara lain; interfollicular epidermis (IFE), melanocyte stem cells (McSCs), and hair follicle stem cells (HFSCs). Denagn berkurangnya
komponen-komponen sel ini akan mengurangi perlekatan stem sel pada membran
basal yang mengakibatkan penuaan lapisan epidemis (Quan, 2023).
Mekanisme
Anti-Aging pada Dermis
Penuaan pada lapisan dermis berasal dari permasalahan di tingkat seluler, yaitu rusaknya serat kolagen karena disfungsi fibroblast. Disfungsi ini diakibatkan oleh kerja dari enzim matrix metalloproteinase (MMP) akibat regulasi protein CCN1. Selain itu, permasalahan juga dari berkurangnya produksi kolagen yang disebabkan oleh gangguan sinyal hormon pertumbuhan (TGF-?) dan adanya peradangan akibat sel sitokin (inflammaging) (Lin, et al., 2022). Retinoid merangsang aktivitas fibroblas untuk mensintesis serat kolagen dan meningkatkan jumlahnya. Selain itu, retinoid juga meningkatkan elastisitas kulit dengan menghilangkan serat elastin yang telah mengalami degenerasi dan meningkatkan proses angiogenesis yaitu pembentukan pembuluh darah baru pada jaringan dermis (Geiger et al., 1996). Termasuk aktivitas anti-aging retinoid adalah mencegah kerusakan kolagen karena kerja enzim MMP (Kafi et al., 2007). Retinol juga dapat memodulasi aktivitas hormon TGF-? yang terlibat dalam siklus sintesis-degradasi extracelluler matrix (ECM) dan aktivitas sitokin dalam proses peradangan (Quan, 2023).
Interaksi
Reseptor Retinoid dengan Ligan Retinoid
Kesimpulan
Penuaan kulit terutama kulit wajah
adalah hal yang pasti terjadi, namun penuaan yang terjadi lebih cepat dari
waktunya dapat dihindari dengan perawatan yang benar. Dengan memahami bagaimana
proses penuaan terjadi dan bagaimana mekanisme aksi bahan aktif anti aging yang
sudah terbukti, maka kita dapat memaksimalkan langkah-langkah perawatan wajah.
Antisipasi awal namun sangat berdampak adalah pemakaian tabir surya.
Selanjutnya diikuti dengan asupan nutrisi yang cukup, gaya hidup yang sehat
serta perawatan topikal pada permukaan wajah seperti penggunaan krim atau serum
yang mengandung bahan-bahan anti- aging seperti retinol atau retinoid.
Author: Aisyah
Referensi
Abdullah bin
Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, 2008, Tafsir
Ibnu Katsir. Penerjemah: M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi’i
Clark, S.
(2008). Retinoids. In S. J. E. and D. B. Bylund (Ed.), xPharm: The Comprehensive Pharmacology Reference (Issue 2002, pp.
1–2). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-008055232-3.61053-0
D’Ambrosio,
D. N., Clugston, R. D., & Blaner, W. S. (2011). Vitamin A metabolism: An
update. Nutrients, 3(1), 63–103.
https://doi.org/10.3390/nu3010063
Ganceviciene,
R., Liakou, A. I., Theodoridis, A., Makrantonaki, E., & Zouboulis, C. C.
(2012). Cilt ya?lanma kar??t? stratejiler-Skin anti-aging strategies. Dermato-Endocrinology, 4(3), 308–319.
Geiger, J.
M., Hommel, L., Harms, M., & Saurat, J. H. (1996). Oral 13-cis retinoic
acid is superior to 9-cis retinoic acid in sebosuppression in human beings. Journal of the American Academy of
Dermatology, 34(3), 513–515.
https://doi.org/10.1016/S0190-9622(96)90462-4
Gite, A. V.
(2023). Formulation and Development of Face Serum. International Journal of Creative Research Thoughts (IJCRT), 11(6), 2320–2882. www.ijcrt.org
Gu, Y., Han,
J., Jiang, C., & Zhang, Y. (2020). Biomarkers, oxidative stress and
autophagy in skin aging. In Ageing
Research Reviews (Vol. 59). https://doi.org/10.1016/j.arr.2020.101036
Kafi, R.,
Kwak, H. S. R., Schumacher, W. E., Cho, S., Hanft, V. N., Hamilton, T. A.,
King, A. L., Neal, J. D., Varani, J., Fisher, G. J., Voorhees, J. J., &
Kang, S. (2007). Improvement of Naturally Aged Skin With Vitamin A (Retinol). Archives of Dermatology, 143(5), 606–612.
Kusumawati,
D., Widyarti, S., Maftuch, & Rahayu, S. (2022). In Silico Study of
Haematococcus pluvialis Biomarker Compound as Supplement to Fish Bone
Remodelling. HAYATI Journal of
Biosciences, 29(3), 330–342.
https://doi.org/10.4308/hjb.29.3.330-342
Quan, T.
(2023). Human Skin Aging and the Anti-Aging Properties of Retinol. Biomolecules, 13(11). https://doi.org/10.3390/biom13111614
Rossetti,
D., Kielmanowicz, M. G., Vigodman, S., Hu, Y. P., Chen, N., Nkengne, A., Oddos,
T., Fischer, D., Seiberg, M., & Lin, C. B. (2011). A novel anti-ageing
mechanism for retinol: Induction of dermal elastin synthesis and elastin fibre
formation. International Journal of
Cosmetic Science, 33(1).
https://doi.org/10.1111/j.1468-2494.2010.00588.x
Shao, Y.,
He, T., Fisher, G. J., Voorhees, J. J., & Quan, T. (2017). Molecular basis
of retinol anti-ageing properties in naturally aged human skin in vivo. International Journal of Cosmetic Science,
39(1), 56–65.
https://doi.org/10.1111/ics.12348
Shin, S. H.,
Lee, Y. H., Rho, N. K., & Park, K. Y. (2023). Skin aging from mechanisms to
interventions: focusing on dermal aging. Frontiers
in Physiology, 14(May), 1–10.
https://doi.org/10.3389/fphys.2023.1195272
Swift, A.,
Liew, S., Weinkle, S., Garcia, J. K., & Silberberg, M. B. (2021). The
Facial Aging Process from the “inside out.” Aesthetic
Surgery Journal, 41(10),
1107–1119. https://doi.org/10.1093/asj/sjaa339
Vivat-Hannah,
V., & Zusi, F. (2005). Retinoids as Therapeutic Agents: Today and Tomorrow.
Mini-Reviews in Medicinal Chemistry, 5(8), 755–760.
https://doi.org/10.2174/1389557054553820
Zargaran,
D., Zoller, F., Zargaran, A., Weyrich, T., & Mosahebi, A. (2022). Facial
skin ageing: Key concepts and overview of processes. International Journal of Cosmetic Science, 44(4), 414–420. https://doi.org/10.1111/ics.12779
Zasada, M.,
& Budzisz, E. (2019). Retinoidler kozmetik ve dermatolojik tedavilerde cilt
yap?s? olu?umunu etkileyen aktif moleküller Retinoids: Active molecules
influencing skin structure formation in cosmetic and dermatological treatments.
Postepy Dermatologii i Alergologii, 36(4), 392–397.