KIMIA DI BALIK PRODUK PERAWATAN WAJAH : ANTI AGING

  • 01:40 WITA
  • Administrator
  • Artikel

KIMIA DI BALIK PRODUK PERAWATAN WAJAH : ANTI AGING


Pendahuluan

Perawatan wajah (skin care) telah menjadi rutinitas yang tidak hanya ditujukan untuk merawat tampilan wajah saja tapi juga untuk menjaga kesehatan kulit jangka panjang. Tidak kalah pentingnya, skin care juga menjadi cara bagi para wanita untuk memanjakan diri setelah lelah beraktivitas di dalam atau di luar rumah. Sehingga, sebagian wanita menganggap rutinitas skincare dan perawatan diri lainnya sebagai me time yang sangat berharga sebagai sebuah bentuk penghargaan pada diri sendiri (self-reward).

Beberapa produk perawatan telah kita bahas sebelumnya, yaitu basic skincare (pembersih wajah, pelembab, tabir surya) dan whitening agent/pencerah wajah (asam askorbat, niasinamida dan deosiarbutin). Kali ini kita akan membahas produk yang berfungsi sebagai anti penuaan yang dikenal dengan istilah anti-aging. Sesuai namanya, produk ini mengandung bahan-bahan aktif yang dapat menghambat proses pembentukan tanda-tanda penuaan seperti keriput dan pembesaran pori-pori wajah. Selain itu, anti aging juga dapat merangsang percepatan proses regenerasi kulit sehingga kulit tampak lebih kenyal, lembab dan segar.

Penuaan (Aging)

Penuaan adalah proses alami yang akan dialami semua makhluk hidup. Sel-sel tubuh akan menua seiring berkurangnya laju regenerasi sel-sel baru. Dalam QS. Ar-Ruum: 54 Allah berfirman,

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan kamu setelah lemah itu menjadi kuat (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dia-lah Yang Mahamengetahui lagi Mahakuasa

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa kekuatan setelah kelemahan pada ayat ini adalah pada saat manusia keluar dari perut ibunya dalam keadaan dha’if dan kecil serta kondisi lemah kemudian dia tumbuh dewasa sedikit demi sedikit. Hingga menjadi anak kecil, kemudian balita, kemudian baligh, kemudian menjadi pemuda. Kemudian barulah dia mengalami kekurangan yaitu saat bongkok dan tua, dan itulah kelemahan setelah kekuatan. Saat itu, tekad, langkah dan gerak semakin lemah, rambut beruban, bentuk zahir dan sifat batin semakin berubah (Abdurrahman, 2008). Dari tafsir ayat ini diketahui bahwa tanda penuaan antara lain munculnya uban, kondisi tubuh yang melemah serta berubahnya sifat batin. Tanda-tanda ini adalah peringatan dari Allah bahwa kehidupan terus berjalan hingga waktu manusia akan habis di dunia dan baginya tidak lain adalah kesadaran untuk bersegera mempersiapkan kehidupan setelah mati.

Secara medis, penuaan pada manusia mencakup serangkaian proses perubahan biologis, fisiologis dan struktural pada sel, jaringan dan organ. Proses ini dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar, yaitu faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup. Penuaan mengakibatkan berkurang bahkan hilangnya elastisitas kulit, menurunnya fungsi organ tubuh, meningkatnya resiko penyakit degeneratif dan menurunnya imunitas tubuh (Ganceviciene et al., 2012).

 

Proses Penuaan

Dalam konteks perawatan wajah, penuaan ditandai dengan munculnya kerutan, garis-garis halus, flek dan membesarnya pori wajah. Tanda-tanda penuaan ini merupakan hasil dari proses yang saling terkait antara kulit, jaringan lunak dan tulang pada wajah. Setiap bagian mengalami penuaan selnya masing-masing dan juga saling memberi pengaruh satu sama lain. Perubahan pada tulang dan jaringan wajah akan memberi pengaruh pada lapisan kulit di atasnya. (Swift et al., 2021). Penuaan pada sel ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam seperti penurunan kadar hormon, penurunan kapasitas perbaikan DNA dan mutasi DNA. Faktor dari luar seperti gaya hidup, asupan nutrisi yang tidak memadai, paparan toksin dan radiasi UV yang berkepanjangan (Zargaran et al., 2022). Akumulasi dari faktor dalam dan luar menghasilkan perubahan struktural dan fisiologis pada kulit.

Anti-aging

Proses penuaan dapat ditangani dengan beberapa treatment yang fokus pada permasalahan dari lapisan kulit. Penanganan yang paling mudah namun paling mendasar adalah proteksi terhadap paparan UV dengan mengurangi aktivitas di luar ruangan atau menggunakan tabir surya (Shin et al., 2023). Penelitian menunjukkan bahwa radiasi UV dan polusi memicu produksi spesi oksigen reaktif (ROS) dalam sel yang dapat merusak komponen-komponen sel seperti lemak, protein dan DNA  yang selanjutnya mengakibatkan disfungsi sel (Gu et al., 2020). Selain itu, proteksi dasar ini dapat dibantu dengan prosedur klinis dan penggunaan bahan-bahan aktif yang dikemas dalam sediaan produk anti-aging. Serum adalah salah satu bentuk sediaan yang dianggap efektif untuk penggunaan mandiri karena mengandung bahan-bahan aktif dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Selain itu, konsistensinya lebih ringan sehingga mudah meresap masuk ke dalam lapisan kulit (Gite, 2023). Paduan karakteristik ini menjadikan serum berpotensi bekerja lebih efektif terutama bila digunakan secara rutin sesuai aturan baik kadar, waktu maupun durasinya.

Retinol

Ada beberapa bahan aktif anti-aging yang diformulasi dalam bentuk serum. Salah satu yang paling populer saat ini adalah retinol. Serum retinol saat ini telah dijual bebas dalam berbagai merek dagang. Semuanya memiliki satu klaim yang sama yaitu, mengurangi tanda-tanda penuaan.

Retinol atau vitamin A1 adalah salah satu senyawa dalam golongan retinoid yang dikenal efektivitasnya sebagai bahan aktif anti penuaan. Retinoid merupakan golongan senyawa turunan retinol baik yang alami  maupun sintetik dengan struktur dan aktivitas yang hampir sama dengan retinol. Beberapa senyawa lain yang termasuk dalam retinoid adalah retinol, retinal, asam retinoat, 3-dehidroretinol dan 13-cis-retinol (Zasada & Budzisz, 2019). Struktur retinoid tersusun atas unit isopren yang membentuk cincin sikloheksenil dan rantai samping dengan ikatan rangkap terkonjugasi serta gugus polar di ujung rantai. Dengan struktur seperti ini, golongan retinoid dapat larut dalam senyawa lipofilik yang merupakan struktur dasar senyawa-senyawa penyusun sel dalam tubuh dan juga dapat berikatan dengan reseptor untuk menginduksi proses transkripsi DNA (Vivat-Hannah & Zusi, 2005).

Umumnya produk anti aging yang yang diproduksi sebagai sediaan topikal menggunakan retinol (ROL). Namun, bentuk aktif yang dapat langsung bekerja dalam lapisan kulit adalah asam retinoat (RA) (D’Ambrosio et al., 2011). Sebagai prekursor, retinol diubah secara bertahap oleh reaksi enzimatis. Pada tahap pertama retinol diubah menjadi retinaldehid oleh enzim alkohol dehidrogenase/ADH. Tahap selanjutnya adalah perubahan retinaldehid menjadi asam retinoat oleh retinaldehid dehidrogenase/RALDH (Shao et al., 2017)

Mekanisme Anti-aging Retinoid

Beberapa mekanisme anti aging dari retinoid secara selular dan molekular telah dikaji diantaranya; mengatur ekspresi gen di tingkat seluler (Zasada & Budzisz, 2019), menstimulasi sintesis kolagen, menghambat aktivitas MMP (matrix metalloproteinase) yang dapat merusak serat kolagen(Rossetti et al., 2011), dan sebagai antioksidan yang mengurangi spesi stress oxidative (Clark, 2008).

Retinoid (RX) diketahui dapat bekerja pada lapisan dermis dan epidermis. Peran retinol secara topikal adalah masuk ke dalam lapisan kulit dan berikatan dengan struktur lipofilik membran sel. Pengikatan ini menginduksi dan mengaktivasi reseptor asam retinoat/retinoic acid receptors (RAR) dan reseptor retinoid lainnya/retinoid X receptors (RXR). Selanjutnya aktivasi ini akan mengatur ekspresi gene selular pada epidermis dan dermis.

Mekanisme Anti-Aging pada Epidermis

Penuaan pada epidermis ditandai dengan menipisnya lapisan epidermis dan meratanya rete ridges, suatu struktur bergelombang pada pertemuan dermis dan epidermis. Penuaan di lapisan ini diakibatkan oleh menurunnya ekspresi gen COL17A1 yang mengkode protein Collagen XVII. Protein Collagen XVII adalah protein yang berperan penting dalam menjaga adhesi epidermal pada membran dermis. Pengikatan yang baik antara protein pada membran sel epidermis dengan reseptor asam retinoat dapat meningkatkan aktivitasnya dalam mengatur homeostatis kolagen di lapisan epidermis. Kurangnya reseptor asam retinoat pada permukaan sel akan menurunkan fungsinya dalam mengatur ekpresi gen COL17A1. Beberapa komponen sel yang dipengaruhi oleh ekspresi gen ini antara lain; interfollicular epidermis (IFE), melanocyte stem cells (McSCs), and hair follicle stem cells (HFSCs). Denagn berkurangnya komponen-komponen sel ini akan mengurangi perlekatan stem sel pada membran basal yang mengakibatkan penuaan lapisan epidemis (Quan, 2023).

Mekanisme Anti-Aging pada Dermis

Penuaan pada lapisan dermis berasal dari permasalahan di tingkat seluler, yaitu rusaknya serat kolagen karena disfungsi fibroblast. Disfungsi ini diakibatkan oleh kerja dari enzim matrix metalloproteinase (MMP) akibat regulasi protein CCN1. Selain itu, permasalahan juga dari berkurangnya produksi kolagen yang disebabkan oleh gangguan sinyal hormon pertumbuhan (TGF-?) dan adanya peradangan akibat sel sitokin (inflammaging) (Lin, et al., 2022). Retinoid merangsang aktivitas fibroblas untuk mensintesis serat kolagen dan meningkatkan jumlahnya. Selain itu, retinoid juga meningkatkan elastisitas kulit dengan menghilangkan serat elastin yang telah mengalami degenerasi dan meningkatkan proses angiogenesis yaitu pembentukan pembuluh darah baru pada jaringan dermis (Geiger et al., 1996). Termasuk aktivitas anti-aging retinoid adalah mencegah kerusakan kolagen karena kerja enzim MMP (Kafi et al., 2007). Retinol juga dapat memodulasi aktivitas hormon TGF-? yang terlibat dalam siklus sintesis-degradasi extracelluler matrix (ECM) dan aktivitas sitokin dalam proses peradangan (Quan, 2023).

Interaksi Reseptor Retinoid dengan Ligan Retinoid

Kajian in siliko terhadap interaksi protein reseptor RAR? pada retinoid menunjukkan adanya interaksi non kovalen antara retinoid dengan sisi aktif dari reseptor dengan perantara  retinoid-related orphan receptor/ROR (Kusumawati et al., 2022). Interaksi ligan retinol pada sisi aktif reseptor RAR dan RXR dapat terjadi melalui ikatan hidrogen dan interaksi Van der Waals. Pada asam retinoat, ikatan hidrogen dapat terjadi antara gugus hidroksil asam retinoat dengan rantai samping polar residu asam amino serin, arginin dan sistein sementara pada retinoid astaxantin terjadi pada rantai samping residu glisin. Interaksi Van der Waals terjadi antara rantai alifatik asam retinoat/retinoid dengan rantai samping residu asam amino lisin, leusin, isoleusin, sistin, valin dan prolin yang bersifat nonpolar. Selain itu, interaksi Van der Waals juga terjadi pada gugus siklik asam retinoat/retinoid dengan gugus aromatik dari rantai samping residu fenil alanin.


Kesimpulan

Penuaan kulit terutama kulit wajah adalah hal yang pasti terjadi, namun penuaan yang terjadi lebih cepat dari waktunya dapat dihindari dengan perawatan yang benar. Dengan memahami bagaimana proses penuaan terjadi dan bagaimana mekanisme aksi bahan aktif anti aging yang sudah terbukti, maka kita dapat memaksimalkan langkah-langkah perawatan wajah. Antisipasi awal namun sangat berdampak adalah pemakaian tabir surya. Selanjutnya diikuti dengan asupan nutrisi yang cukup, gaya hidup yang sehat serta perawatan topikal pada permukaan wajah seperti penggunaan krim atau serum yang mengandung bahan-bahan anti- aging seperti retinol atau retinoid.

 

Author: Aisyah

 

 

Referensi

Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, 2008, Tafsir Ibnu Katsir. Penerjemah: M. Abdul Ghoffar. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Clark, S. (2008). Retinoids. In S. J. E. and D. B. Bylund (Ed.), xPharm: The Comprehensive Pharmacology Reference (Issue 2002, pp. 1–2). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-008055232-3.61053-0

D’Ambrosio, D. N., Clugston, R. D., & Blaner, W. S. (2011). Vitamin A metabolism: An update. Nutrients, 3(1), 63–103. https://doi.org/10.3390/nu3010063

Ganceviciene, R., Liakou, A. I., Theodoridis, A., Makrantonaki, E., & Zouboulis, C. C. (2012). Cilt ya?lanma kar??t? stratejiler-Skin anti-aging strategies. Dermato-Endocrinology, 4(3), 308–319.

Geiger, J. M., Hommel, L., Harms, M., & Saurat, J. H. (1996). Oral 13-cis retinoic acid is superior to 9-cis retinoic acid in sebosuppression in human beings. Journal of the American Academy of Dermatology, 34(3), 513–515. https://doi.org/10.1016/S0190-9622(96)90462-4

Gite, A. V. (2023). Formulation and Development of Face Serum. International Journal of Creative Research Thoughts (IJCRT), 11(6), 2320–2882. www.ijcrt.org

Gu, Y., Han, J., Jiang, C., & Zhang, Y. (2020). Biomarkers, oxidative stress and autophagy in skin aging. In Ageing Research Reviews (Vol. 59). https://doi.org/10.1016/j.arr.2020.101036

Kafi, R., Kwak, H. S. R., Schumacher, W. E., Cho, S., Hanft, V. N., Hamilton, T. A., King, A. L., Neal, J. D., Varani, J., Fisher, G. J., Voorhees, J. J., & Kang, S. (2007). Improvement of Naturally Aged Skin With Vitamin A (Retinol). Archives of Dermatology, 143(5), 606–612.

Kusumawati, D., Widyarti, S., Maftuch, & Rahayu, S. (2022). In Silico Study of Haematococcus pluvialis Biomarker Compound as Supplement to Fish Bone Remodelling. HAYATI Journal of Biosciences, 29(3), 330–342. https://doi.org/10.4308/hjb.29.3.330-342

Quan, T. (2023). Human Skin Aging and the Anti-Aging Properties of Retinol. Biomolecules, 13(11). https://doi.org/10.3390/biom13111614

Rossetti, D., Kielmanowicz, M. G., Vigodman, S., Hu, Y. P., Chen, N., Nkengne, A., Oddos, T., Fischer, D., Seiberg, M., & Lin, C. B. (2011). A novel anti-ageing mechanism for retinol: Induction of dermal elastin synthesis and elastin fibre formation. International Journal of Cosmetic Science, 33(1). https://doi.org/10.1111/j.1468-2494.2010.00588.x

Shao, Y., He, T., Fisher, G. J., Voorhees, J. J., & Quan, T. (2017). Molecular basis of retinol anti-ageing properties in naturally aged human skin in vivo. International Journal of Cosmetic Science, 39(1), 56–65. https://doi.org/10.1111/ics.12348

Shin, S. H., Lee, Y. H., Rho, N. K., & Park, K. Y. (2023). Skin aging from mechanisms to interventions: focusing on dermal aging. Frontiers in Physiology, 14(May), 1–10. https://doi.org/10.3389/fphys.2023.1195272

Swift, A., Liew, S., Weinkle, S., Garcia, J. K., & Silberberg, M. B. (2021). The Facial Aging Process from the “inside out.” Aesthetic Surgery Journal, 41(10), 1107–1119. https://doi.org/10.1093/asj/sjaa339

Vivat-Hannah, V., & Zusi, F. (2005). Retinoids as Therapeutic Agents: Today and Tomorrow. Mini-Reviews in Medicinal Chemistry, 5(8), 755–760. https://doi.org/10.2174/1389557054553820

Zargaran, D., Zoller, F., Zargaran, A., Weyrich, T., & Mosahebi, A. (2022). Facial skin ageing: Key concepts and overview of processes. International Journal of Cosmetic Science, 44(4), 414–420. https://doi.org/10.1111/ics.12779

Zasada, M., & Budzisz, E. (2019). Retinoidler kozmetik ve dermatolojik tedavilerde cilt yap?s? olu?umunu etkileyen aktif moleküller Retinoids: Active molecules influencing skin structure formation in cosmetic and dermatological treatments. Postepy Dermatologii i Alergologii, 36(4), 392–397.