Shalat malam
(qiyamul lail) memiliki manfaat spiritual dan fisiologis yang telah banyak
dikaji, tetapi efeknya terhadap kecerahan wajah belum banyak diteliti dalam
perspektif ilmu kimia. Artikel ini mengkaji hubungan antara shalat malam dengan
kecerahan wajah dari sudut pandang biokimia, termasuk pengaruhnya terhadap
hormon melatonin, kortisol, sirkulasi darah, serta proses detoksifikasi kulit.
Melalui kajian literatur, ditemukan bahwa aktivitas shalat malam dapat
meningkatkan produksi melatonin, menurunkan kadar kortisol, serta meningkatkan
sirkulasi darah yang berkontribusi pada regenerasi sel kulit. Dengan demikian, shalat
malam dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung kesehatan dan kecerahan
kulit wajah secara alami.
1. Pendahuluan
Shalat
malam merupakan ibadah sunnah yang memiliki berbagai manfaat, baik secara
spiritual maupun fisiologis. Salah satu manfaat yang sering dikaitkan dengan
qiyamul lail adalah membuat wajah lebih bercahaya (Chodijah,
2017). Dalam perspektif Islam, kecerahan wajah
seorang hamba yang rajin beribadah sering kali dikaitkan dengan ketenangan hati
dan kedekatan dengan Allah swt. Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits sangat
mendukung pandangan bahwa shalat malam memiliki pengaruh besar terhadap
kesejahteraan fisik dan batin seseorang. Dalam Surah As-Sajdah ayat 16–17,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa orang-orang yang lambungnya
jauh dari tempat tidurnya karena beribadah akan diberi balasan berupa
kenikmatan yang menyedapkan pandangan mata. Ini menunjukkan bahwa ibadah malam
tidak hanya mendatangkan pahala ukhrawi, tetapi juga ketenangan jiwa dan
kebaikan lahiriah yang bisa tampak pada wajah seseorang. Dalam Surah Al-Furqan
ayat 64, disebutkan pula bahwa hamba-hamba Allah yang istimewa adalah mereka
yang menghabiskan malam dengan bersujud dan berdiri (shalat). Sementara itu,
hadits dari Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa shalat yang paling utama
setelah yang wajib adalah shalat malam, menegaskan betapa agung kedudukan
qiyamullail dalam Islam. Bahkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan
bahwa pada malam hari terdapat satu waktu yang jika digunakan untuk memohon
kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, niscaya akan dikabulkan yang menunjukkan
bahwa ibadah malam hari membawa ketenangan, harapan, dan kekuatan jiwa. Kesemua
dalil ini sejalan dengan temuan ilmiah bahwa kedekatan spiritual kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala, terutama di malam hari, dapat menyeimbangkan hormon, menurunkan
stres, serta meningkatkan pancaran wajah secara alami dari dalam. Dari sudut
pandang ilmu kimia, fenomena ini dapat dijelaskan melalui berbagai mekanisme
biokimia yang memengaruhi kesehatan kulit.
Kulit
merupakan organ terbesar tubuh yang mengalami regenerasi secara terus-menerus.
Faktor-faktor seperti stres oksidatif, kadar hormon, sirkulasi darah, dan
proses detoksifikasi sangat memengaruhi kesehatan dan tampilan kulit. Oleh
karena itu, kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana aktivitas shalat
malam dapat memengaruhi faktor-faktor tersebut sehingga berkontribusi pada
kecerahan wajah (Saktiawan, 2007)
2. Pengaruh Shalat Malam terhadap Hormon yang
Mempengaruhi Kulit
2.1. Melatonin dan Proses Regenerasi Kulit
Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal dan berperan penting dalam siklus tidur serta regenerasi sel kulit. Studi menunjukkan bahwa produksi melatonin meningkat pada malam hari, terutama saat tubuh dalam keadaan tenang dan relaksasi. Shalat malam yang dilakukan dengan khusyuk dapat meningkatkan kadar melatonin secara alami (Kandemir & Sarikcioglu, 2015; Rusanova et al., 2019; Bocheva et al., 2022), yang kemudian berperan dalam: meningkatkan regenerasi sel kulit, memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas, serta mengurangi tanda-tanda penuaan dini.
Melatonin
juga memiliki sifat antioksidan yang kuat, yang membantu melindungi kulit dari
kerusakan oksidatif akibat paparan sinar UV dan polutan lingkungan (Goswami &
Haldar, 2015).
2.2. Kortisol dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Kulit
Kortisol adalah hormon stres yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kulit seperti jerawat, kulit kusam, dan penuaan dini (Talbott, 2007; Ablon, 2015; Mohiuddin, 2019). Studi menunjukkan bahwa kadar kortisol cenderung lebih tinggi pada individu yang mengalami stres dan kurang tidur (Heiser et al, 2000; Maggio et al, 2013). Shalat malam dapat membantu menurunkan kadar kortisol melalui mekanisme berikut (Chodijah, 2017; Rizaldy, 2013; Utami, 2020): meningkatkan ketenangan mental melalui dzikir dan doa, memperbaiki kualitas tidur, sehingga mengurangi produksi kortisol yang berlebihan, serta mengurangi inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh stres oksidatif
Dengan
menurunnya kadar kortisol, kulit lebih mampu mempertahankan kelembapan,
elastisitas, dan kesehatannya secara keseluruhan (Sahawneh, 2024).
3. Peningkatan Sirkulasi Darah dan Oksigenasi Kulit
Gerakan dalam shalat, seperti rukuk dan sujud, berkontribusi pada peningkatan sirkulasi darah ke wajah. Sujud secara khusus meningkatkan aliran darah ke otak dan wajah, yang dapat (Imamo?lu, 2016; Sarkingobir et al., 2022; Chamsi-Pasha & Chamsi-Pasha, 2021): Membantu distribusi oksigen dan nutrisi ke sel kulit, meningkatkan produksi kolagen yang berperan dalam kekenyalan kulit, serta mempercepat proses penyembuhan luka dan regenerasi sel
Studi
dalam bidang dermatologi menunjukkan bahwa peningkatan aliran darah ke wajah
membantu mempertahankan kulit yang lebih sehat, segar, dan bercahaya (Yarosh, 2008;
Chan et al., 2021).
4. Proses Detoksifikasi dan Kesehatan Kulit
Detoksifikasi kulit adalah proses alami yang membantu menghilangkan racun dan kotoran dari tubuh (Watson, 2009; Islam, Roy, & Singha, 2025). Sistem limfatik berperan dalam mengangkut limbah seluler dari jaringan tubuh. Aktivitas fisik ringan seperti shalat malam dapat merangsang sistem limfatik untuk bekerja lebih efisien (Haider & Mehdi, 2023), yang berkontribusi pada:
- Pengurangan akumulasi toksin yang menyebabkan kulit kusam (Alitalo, 2011).
- Peningkatan hidrasi dan keseimbangan pH kulit (Ozdowski & Gupta, 2023).
- Penurunan risiko peradangan dan jerawat (Piller, 2019).
Selain
itu, wudhu yang dilakukan sebelum shalat juga berperan dalam membersihkan kulit
dari debu, minyak berlebih, dan bakteri, yang dapat membantu menjaga kebersihan
serta kecerahan wajah (Jawahir, 2024; Matheer, 2014).
5. Kesimpulan
Dari
perspektif ilmu kimia, shalat malam dapat berkontribusi pada kecerahan wajah
melalui beberapa mekanisme, termasuk peningkatan produksi melatonin, penurunan
kadar kortisol, peningkatan sirkulasi darah, dan optimalisasi proses
detoksifikasi kulit. Dengan demikian, praktik ibadah ini tidak hanya bermanfaat
secara spiritual, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kesehatan
kulit dan kecerahan wajah.
6. Daftar Pustaka
Ablon,
G. (2015). What's Stressing Your Face: A Doctor's Guide to Proactive
Aging and Healing: Rosacea, Hair Loss, Psoriasis, Shingles and Other Facial
Conditions. Turner Publishing Company.
Alitalo,
K. (2011). The lymphatic vasculature in disease. Nature medicine, 17(11),
1371-1380.
Bocheva,
G., Slominski, R. M., Janjetovic, Z., Kim, T. K., Böhm, M., Steinbrink, K., ...
& Slominski, A. T. (2022). Protective role of melatonin and its metabolites
in skin aging. International journal of molecular sciences, 23(3),
1238.
Chodijah,
S. (2017). Konsep shalat tahajud melalui pendekatan psikoterapi hubungannya
dengan psikologi kesehatan (penelitian di klinik terapi tahajud surabaya).
In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 1, No.
1).
Chan,
S. A., Whitehead, S., de Bacq Rose, D., Parys, A., & Wong, V. (2021). The
Skin. In Decision Making in Aesthetic Practice (pp. 11-38).
CRC Press.
Haider,
R., & Mehdi, A. (2023). A Review of Classic Physiological Systems.
Imamo?lu,
O. (2016). Benefits of prayer as a physical activity. International
Journal of Sport Culture and Science, 4(Special Issue 1),
306-318.
Islam,
M., Roy, D., & Singha, D. (2025). Metal Ion Toxicity in Human Body:
Sources, Effects, Mechanisms and Detoxification Methods. Chemistry
Africa, 1-19.
Jawahir,
H. (2024). kehalalan kosmetik water proof terhadap sahnya wudlu; analisis fatwa
mui nomor 26 tahun 2013 tentang standart kehalalan produk kosmetik. Al Kamal,
4(1), 8-19.
Matheer,
U. M. (2014). Rahasia Butiran Air Wudhu: Menurut Al Quran dan As Sunnah.
Lembar Langit Indonesia.
Mohiuddin,
A. K. (2019). Acne protection: measures and miseries. Dermatol Clin Res, 5(1),
272-311.
Ozdowski,
L., & Gupta, V. (2023). Physiology, lymphatic system. In StatPearls
[Internet]. StatPearls Publishing.
Piller,
N. (2019). Obesity, inflammation, diet, gut microbes, and lymphatic system
communications with the brain and the impact of lymphatic system. Journal
of Lymphoedema, 14(1), 5.
Rizaldy,
E. (2013). Hubungan shalat tahajud dengan perubahan kadar kortisol dan skor
tingkat stres pada pasien HIV & AIDS.
Rusanova,
I., Martínez-Ruiz, L., Florido, J., Rodríguez-Santana, C., Guerra-Librero, A.,
Acuña-Castroviejo, D., & Escames, G. (2019). Protective effects of
melatonin on the skin: future perspectives. International journal of
molecular sciences, 20(19), 4948.
Sahawneh,
P. (2024). Factors influencing skin health from within. Journal of
Integrated Health, 3(1), 156-163.
Saktiawan,
L. H. (Ed.). (2007). Keajaiban shalat menurut ilmu kesehatan cina.
Mizan Pusta Talbott,
S. (2007). Cortisol Control and the Beauty Connection: The All-Natural,
Inside-Out Approach to Reversing Wrinkles, Preventing Acne and Improving Skin
Tone. Hunter House.
Sarkingobir,
Y., Sharu, A. U., Sahabi, M., & Ashafa, N. A. (2022). Religious and health
benefits of salah/Prayer: A review. International Journal of Emerging
Issues in Islamic Studies, 2(2), 59-71.
Utami,
T. N. (2020). Meta-analysis study of tahajud prayer to reduce stress
response. International Journal of Advances in Medical Sciences, 5(6),
1-7.
Yarosh,
D. (2008). The new science of perfect skin: understanding skin care
myths and miracles for radiant skin at any age. Harmony.
Watson, B. (2009). The detox strategy: vibrant health in 5 easy steps. Simon and Schuster.
Ditulis oleh Amalyah Febryanti pada Selasa 22 April 2025 di Makassar