SPIRITUAL GLOW: MENGUNGKAP HUBUNGAN SHALAT MALAM DAN KECERAHAN WAJAH DALAM ILMU KIMIA

  • 07:39 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Shalat malam (qiyamul lail) memiliki manfaat spiritual dan fisiologis yang telah banyak dikaji, tetapi efeknya terhadap kecerahan wajah belum banyak diteliti dalam perspektif ilmu kimia. Artikel ini mengkaji hubungan antara shalat malam dengan kecerahan wajah dari sudut pandang biokimia, termasuk pengaruhnya terhadap hormon melatonin, kortisol, sirkulasi darah, serta proses detoksifikasi kulit. Melalui kajian literatur, ditemukan bahwa aktivitas shalat malam dapat meningkatkan produksi melatonin, menurunkan kadar kortisol, serta meningkatkan sirkulasi darah yang berkontribusi pada regenerasi sel kulit. Dengan demikian, shalat malam dapat menjadi salah satu faktor yang mendukung kesehatan dan kecerahan kulit wajah secara alami.

1. Pendahuluan

Shalat malam merupakan ibadah sunnah yang memiliki berbagai manfaat, baik secara spiritual maupun fisiologis. Salah satu manfaat yang sering dikaitkan dengan qiyamul lail adalah membuat wajah lebih bercahaya (Chodijah, 2017). Dalam perspektif Islam, kecerahan wajah seorang hamba yang rajin beribadah sering kali dikaitkan dengan ketenangan hati dan kedekatan dengan Allah swt. Dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits sangat mendukung pandangan bahwa shalat malam memiliki pengaruh besar terhadap kesejahteraan fisik dan batin seseorang. Dalam Surah As-Sajdah ayat 16–17, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa orang-orang yang lambungnya jauh dari tempat tidurnya karena beribadah akan diberi balasan berupa kenikmatan yang menyedapkan pandangan mata. Ini menunjukkan bahwa ibadah malam tidak hanya mendatangkan pahala ukhrawi, tetapi juga ketenangan jiwa dan kebaikan lahiriah yang bisa tampak pada wajah seseorang. Dalam Surah Al-Furqan ayat 64, disebutkan pula bahwa hamba-hamba Allah yang istimewa adalah mereka yang menghabiskan malam dengan bersujud dan berdiri (shalat). Sementara itu, hadits dari Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa shalat yang paling utama setelah yang wajib adalah shalat malam, menegaskan betapa agung kedudukan qiyamullail dalam Islam. Bahkan dalam hadits riwayat Ibnu Majah dijelaskan bahwa pada malam hari terdapat satu waktu yang jika digunakan untuk memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, niscaya akan dikabulkan yang menunjukkan bahwa ibadah malam hari membawa ketenangan, harapan, dan kekuatan jiwa. Kesemua dalil ini sejalan dengan temuan ilmiah bahwa kedekatan spiritual kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, terutama di malam hari, dapat menyeimbangkan hormon, menurunkan stres, serta meningkatkan pancaran wajah secara alami dari dalam. Dari sudut pandang ilmu kimia, fenomena ini dapat dijelaskan melalui berbagai mekanisme biokimia yang memengaruhi kesehatan kulit.

Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang mengalami regenerasi secara terus-menerus. Faktor-faktor seperti stres oksidatif, kadar hormon, sirkulasi darah, dan proses detoksifikasi sangat memengaruhi kesehatan dan tampilan kulit. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana aktivitas shalat malam dapat memengaruhi faktor-faktor tersebut sehingga berkontribusi pada kecerahan wajah (Saktiawan, 2007)

2. Pengaruh Shalat Malam terhadap Hormon yang Mempengaruhi Kulit

2.1. Melatonin dan Proses Regenerasi Kulit

Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar pineal dan berperan penting dalam siklus tidur serta regenerasi sel kulit. Studi menunjukkan bahwa produksi melatonin meningkat pada malam hari, terutama saat tubuh dalam keadaan tenang dan relaksasi. Shalat malam yang dilakukan dengan khusyuk dapat meningkatkan kadar melatonin secara alami (Kandemir & Sarikcioglu, 2015; Rusanova et al., 2019; Bocheva et al., 2022), yang kemudian berperan dalam: meningkatkan regenerasi sel kulit, memperbaiki kerusakan akibat radikal bebas, serta mengurangi tanda-tanda penuaan dini.

Melatonin juga memiliki sifat antioksidan yang kuat, yang membantu melindungi kulit dari kerusakan oksidatif akibat paparan sinar UV dan polutan lingkungan (Goswami & Haldar, 2015).

2.2. Kortisol dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Kulit

Kortisol adalah hormon stres yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kulit seperti jerawat, kulit kusam, dan penuaan dini (Talbott, 2007; Ablon, 2015; Mohiuddin, 2019). Studi menunjukkan bahwa kadar kortisol cenderung lebih tinggi pada individu yang mengalami stres dan kurang tidur (Heiser et al, 2000; Maggio et al, 2013). Shalat malam dapat membantu menurunkan kadar kortisol melalui mekanisme berikut (Chodijah, 2017; Rizaldy, 2013; Utami, 2020): meningkatkan ketenangan mental melalui dzikir dan doa, memperbaiki kualitas tidur, sehingga mengurangi produksi kortisol yang berlebihan, serta mengurangi inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh stres oksidatif

Dengan menurunnya kadar kortisol, kulit lebih mampu mempertahankan kelembapan, elastisitas, dan kesehatannya secara keseluruhan (Sahawneh, 2024).

3. Peningkatan Sirkulasi Darah dan Oksigenasi Kulit

Gerakan dalam shalat, seperti rukuk dan sujud, berkontribusi pada peningkatan sirkulasi darah ke wajah. Sujud secara khusus meningkatkan aliran darah ke otak dan wajah, yang dapat (Imamo?lu, 2016; Sarkingobir et al., 2022; Chamsi-Pasha & Chamsi-Pasha, 2021): Membantu distribusi oksigen dan nutrisi ke sel kulit, meningkatkan produksi kolagen yang berperan dalam kekenyalan kulit, serta mempercepat proses penyembuhan luka dan regenerasi sel

Studi dalam bidang dermatologi menunjukkan bahwa peningkatan aliran darah ke wajah membantu mempertahankan kulit yang lebih sehat, segar, dan bercahaya (Yarosh, 2008; Chan et al., 2021).

4. Proses Detoksifikasi dan Kesehatan Kulit

Detoksifikasi kulit adalah proses alami yang membantu menghilangkan racun dan kotoran dari tubuh (Watson, 2009; Islam, Roy, & Singha, 2025). Sistem limfatik berperan dalam mengangkut limbah seluler dari jaringan tubuh. Aktivitas fisik ringan seperti shalat malam dapat merangsang sistem limfatik untuk bekerja lebih efisien (Haider & Mehdi, 2023), yang berkontribusi pada:

  • Pengurangan akumulasi toksin yang menyebabkan kulit kusam (Alitalo, 2011).
  • Peningkatan hidrasi dan keseimbangan pH kulit (Ozdowski & Gupta, 2023).
  • Penurunan risiko peradangan dan jerawat (Piller, 2019).

Selain itu, wudhu yang dilakukan sebelum shalat juga berperan dalam membersihkan kulit dari debu, minyak berlebih, dan bakteri, yang dapat membantu menjaga kebersihan serta kecerahan wajah (Jawahir, 2024; Matheer, 2014).

5. Kesimpulan

Dari perspektif ilmu kimia, shalat malam dapat berkontribusi pada kecerahan wajah melalui beberapa mekanisme, termasuk peningkatan produksi melatonin, penurunan kadar kortisol, peningkatan sirkulasi darah, dan optimalisasi proses detoksifikasi kulit. Dengan demikian, praktik ibadah ini tidak hanya bermanfaat secara spiritual, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap kesehatan kulit dan kecerahan wajah.

6. Daftar Pustaka

Ablon, G. (2015). What's Stressing Your Face: A Doctor's Guide to Proactive Aging and Healing: Rosacea, Hair Loss, Psoriasis, Shingles and Other Facial Conditions. Turner Publishing Company.

Alitalo, K. (2011). The lymphatic vasculature in disease. Nature medicine17(11), 1371-1380.

Bocheva, G., Slominski, R. M., Janjetovic, Z., Kim, T. K., Böhm, M., Steinbrink, K., ... & Slominski, A. T. (2022). Protective role of melatonin and its metabolites in skin aging. International journal of molecular sciences23(3), 1238.

Chodijah, S. (2017). Konsep shalat tahajud melalui pendekatan psikoterapi hubungannya dengan psikologi kesehatan (penelitian di klinik terapi tahajud surabaya). In Prosiding Seminar Nasional & Internasional (Vol. 1, No. 1).

Chan, S. A., Whitehead, S., de Bacq Rose, D., Parys, A., & Wong, V. (2021). The Skin. In Decision Making in Aesthetic Practice (pp. 11-38). CRC Press.

Haider, R., & Mehdi, A. (2023). A Review of Classic Physiological Systems.

Imamo?lu, O. (2016). Benefits of prayer as a physical activity. International Journal of Sport Culture and Science4(Special Issue 1), 306-318.

Islam, M., Roy, D., & Singha, D. (2025). Metal Ion Toxicity in Human Body: Sources, Effects, Mechanisms and Detoxification Methods. Chemistry Africa, 1-19.

Jawahir, H. (2024). kehalalan kosmetik water proof terhadap sahnya wudlu; analisis fatwa mui nomor 26 tahun 2013 tentang standart kehalalan produk kosmetik. Al Kamal, 4(1), 8-19.

Matheer, U. M. (2014). Rahasia Butiran Air Wudhu: Menurut Al Quran dan As Sunnah. Lembar Langit Indonesia.

Mohiuddin, A. K. (2019). Acne protection: measures and miseries. Dermatol Clin Res5(1), 272-311.

Ozdowski, L., & Gupta, V. (2023). Physiology, lymphatic system. In StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing.

Piller, N. (2019). Obesity, inflammation, diet, gut microbes, and lymphatic system communications with the brain and the impact of lymphatic system. Journal of Lymphoedema14(1), 5.

Rizaldy, E. (2013). Hubungan shalat tahajud dengan perubahan kadar kortisol dan skor tingkat stres pada pasien HIV & AIDS.

Rusanova, I., Martínez-Ruiz, L., Florido, J., Rodríguez-Santana, C., Guerra-Librero, A., Acuña-Castroviejo, D., & Escames, G. (2019). Protective effects of melatonin on the skin: future perspectives. International journal of molecular sciences20(19), 4948.

Sahawneh, P. (2024). Factors influencing skin health from within. Journal of Integrated Health3(1), 156-163.

Saktiawan, L. H. (Ed.). (2007). Keajaiban shalat menurut ilmu kesehatan cina. Mizan Pusta Talbott, S. (2007). Cortisol Control and the Beauty Connection: The All-Natural, Inside-Out Approach to Reversing Wrinkles, Preventing Acne and Improving Skin Tone. Hunter House.

Sarkingobir, Y., Sharu, A. U., Sahabi, M., & Ashafa, N. A. (2022). Religious and health benefits of salah/Prayer: A review. International Journal of Emerging Issues in Islamic Studies2(2), 59-71.

Utami, T. N. (2020). Meta-analysis study of tahajud prayer to reduce stress response. International Journal of Advances in Medical Sciences5(6), 1-7.

Yarosh, D. (2008). The new science of perfect skin: understanding skin care myths and miracles for radiant skin at any age. Harmony.

Watson, B. (2009). The detox strategy: vibrant health in 5 easy steps. Simon and Schuster.

File Word

Ditulis oleh Amalyah Febryanti pada Selasa 22 April 2025 di Makassar