Dalam artikel sebelumnya yang berjudul Kimia di
Balik Skincare: Agen Pemutih, yang telah dipublikasikan di media
yang sama, kita telah membahas tentang bahan-bahan pencerah yang digunakan
dalam produk perawatan kulit dan cara kerjanya dalam mencerahkan warna kulit.
Pada tulisan kali ini, kita akan membahas aspek penting lain dalam perawatan
kulit, yaitu eksfoliasi.
Skincare telah menjadi salah satu tren terbesar dalam industri kecantikan global, dengan berbagai produk yang menawarkan manfaat untuk memperbaiki dan menjaga kulit. Salah satu kelompok bahan aktif yang sering menyertai produk skincare adalah agen eksfoliasi. Agen eksfoliasi berfungsi untuk mengangkat sel-sel kulit mati dari lapisan terluar kulit (stratum korneum), memberikan efek kulit yang lebih halus, cerah, dan merangsang regenerasi sel baru. Dalam tulisan ini, kita akan membahas secara mendalam tentang kimia di balik agen eksfoliasi, jenis-jenisnya, serta bagaimana mereka bekerja untuk meningkatkan kesehatan kulit.
A. Apa Itu Eksfoliasi?
Eksfoliasi adalah
proses menghilangkan sel-sel kulit mati dari permukaan kulit. Secara alami,
sel-sel kulit mati akan digantikan oleh sel-sel baru yang lebih segar setiap 28
hingga 30 hari (Cao et al., 2020). Namun, seiring bertambahnya usia atau karena faktor eksternal
seperti polusi dan paparan sinar UV, proses ini melambat (Low et al., 2021). Sel-sel kulit mati yang tidak terangkat bisa menyumbat pori-pori,
menyebabkan tekstur kulit yang kasar, kusam, dan masalah kulit seperti jerawat.
Di sinilah agen
eksfoliasi dalam skincare berperan penting. Agen ini mempercepat proses
pengelupasan untuk membantu kulit terlihat lebih segar, bersih, dan mencegah
masalah kulit lainnya.
Jenis-Jenis Agen Eksfoliasi
1. Eksfoliasi Fisik
Eksfoliasi fisik atau mekanis menggunakan partikel abrasif atau alat untuk menggosok sel-sel kulit mati dari permukaan kulit (Fatima Grace et al., 2018). Beberapa contoh agen eksfoliasi fisik meliputi scrub yang mengandung butiran halus, sikat wajah, atau spons. Partikel yang digunakan dalam produk scrub sering kali berasal dari bahan alami seperti biji-bijian yang dihancurkan atau bahan sintetis seperti mikroba plastik (Piotrowska et al., 2020).
Meskipun eksfoliasi fisik dapat memberikan hasil instan berupa kulit yang terasa halus, penggunaan yang berlebihan atau tidak tepat dapat menyebabkan iritasi dan bahkan kerusakan mikroskopis pada kulit. Inilah mengapa penting untuk menggunakan agen fisik yang lembut, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif.
2. Eksfoliasi Kimia
Eksfoliasi kimia menggunakan asam atau enzim untuk melarutkan sel-sel kulit mati dan mempercepat pergantian sel. Beberapa bahan kimia eksfoliasi yang populer antara lain:
a. AHA (Alpha Hydroxy Acids)
AHA, seperti asam glikolat dan asam laktat, adalah asam yang larut dalam air yang berasal dari buah-buahan atau susu. Mereka bekerja dengan melonggarkan ikatan antara sel-sel kulit mati, sehingga memudahkan pengangkatannya. AHA sangat efektif untuk eksfoliasi lapisan kulit terluar, sehingga cocok untuk kulit kering atau normal, serta memberikan efek hidrasi (Karwal & Mukovozov, 2023).
b. BHA (Beta Hydroxy Acids)
BHA yang paling umum adalah asam salisilat. BHA larut dalam minyak, sehingga dapat menembus jauh ke dalam pori-pori yang tersumbat oleh sebum, menjadikannya pilihan ideal untuk kulit berminyak atau yang rentan terhadap jerawat (Toren et al., 2024). BHA tidak hanya berfungsi sebagai eksfolian, tetapi juga memiliki sifat anti oksidan (Kornhauser, 2010).
c. PHA (Poly Hydroxy Acids)
PHA, seperti asam laktobionat dan glukonolakton, adalah generasi baru dari eksfolian yang lebih lembut dibandingkan AHA dan BHA. PHA bekerja dengan cara yang mirip dengan AHA, tetapi memiliki molekul yang lebih besar sehingga tidak menembus kulit terlalu dalam (Magerusan et al., 2023). PHA cocok untuk kulit yang sangat sensitif atau mereka yang mengalami masalah seperti rosacea (Draelos et al., 2006).
3. Enzim Eksfoliasi
Eksfoliasi dengan enzim biasanya menggunakan enzim alami yang ditemukan dalam buah-buahan seperti pepaya (papain) dan nanas (bromelain). Enzim ini memecah protein keratin di kulit, membantu pengelupasan kulit secara lembut tanpa menyebabkan iritasi (Magerusan et al., 2023). Karena sifatnya yang lembut, enzim eksfoliasi sering kali digunakan pada kulit sensitif atau pada produk yang ditujukan untuk perawatan harian.
B. Mekanisme Kerja Agen Eksfoliasi
1. AHA: Penetrasi Permukaan
AHA bekerja dengan menargetkan stratum korneum, lapisan kulit terluar yang terdiri dari sel-sel kulit mati yang saling terikat oleh lipid. Asam glikolat, yang molekulnya paling kecil dari semua AHA, mampu menembus lebih dalam ke dalam lapisan kulit dibandingkan dengan AHA lainnya seperti asam laktat atau mandelik. AHA mempercepat proses desmosomolysis, yakni pemecahan ikatan antar sel kulit, yang kemudian memungkinkan pengelupasan sel-sel kulit mati (Bergfels, 1997; Tang & Yang, 2018).
Hasil dari pengelupasan ini tidak hanya mencerahkan tapi juga mengurangi garis halus pada wajah, menstimulasi produksi kolagen (Tran et al., 2014) dan mencegah jerawat (Toren et al., 2014).
2. BHA: Eksfoliasi Mendalam
BHA, seperti asam
salisilat, sangat efektif dalam menembus pori-pori yang tersumbat karena sifat
lipofiliknya (larut dalam minyak). Asam salisilat bekerja dengan cara
melonggarkan dan melarutkan komponen yang menyumbat pori, seperti sebum
berlebih dan sel-sel kulit mati (Fatmawati & Herlina, 2017). Ini menjadikannya bahan yang populer dalam produk untuk kulit berjerawat.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh Dermatologic Therapy (2022), asam salisilat ditemukan efektif dalam mengurangi lesi jerawat pada kulit yang berminyak setelah 12 minggu penggunaan rutin. Selain itu, sifat anti-inflamasi asam salisilat membantu mengurangi kemerahan dan pembengkakan pada jerawat aktif.
3. PHA: Alternatif Lembut untuk Eksfoliasi
PHA adalah pilihan yang lebih lembut untuk mereka yang memiliki kulit sensitif atau kondisi kulit seperti rosacea. Karena molekul PHA lebih besar, penetrasi ke dalam kulit menjadi lebih lambat, sehingga mengurangi risiko iritasi. Penelitian yang diterbitkan dalam Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology (2022) menunjukkan bahwa PHA tidak hanya efektif sebagai eksfolian, tetapi juga membantu memperbaiki fungsi barrier kulit dan meningkatkan kelembapan.
C. Keuntungan dan Risiko Eksfoliasi
Eksfoliasi yang tepat
menawarkan banyak manfaat untuk kesehatan kulit. Dengan mengangkat sel-sel
kulit mati, kulit akan tampak lebih cerah dan teksturnya lebih halus.
Eksfoliasi juga dapat membantu produk skincare lainnya meresap lebih baik
karena lapisan sel kulit mati yang biasanya menghambat penyerapan telah
diangkat.
Namun, penting untuk diingat bahwa eksfoliasi berlebihan dapat merusak fungsi barrier kulit, menyebabkan kulit menjadi iritasi, kering, dan rentan terhadap infeksi. Penggunaan agen eksfoliasi kimia yang mengandung AHA atau BHA harus disesuaikan dengan kebutuhan kulit individu, dimulai dari konsentrasi rendah dan digunakan pada frekuensi yang sesuai.
D. Memilih Agen Eksfoliasi yang Tepat
Pemilihan agen
eksfoliasi tergantung pada jenis kulit dan masalah kulit yang dihadapi. Berikut
adalah panduan umum dalam memilih agen eksfoliasi:
- Kulit Berminyak dan Berjerawat: Asam salisilat (BHA) adalah pilihan terbaik karena mampu menembus
pori-pori yang tersumbat dan mengurangi minyak berlebih.
- Kulit Kering dan Kusam: AHA seperti asam laktat dapat membantu mengangkat sel kulit mati
sekaligus memberikan hidrasi.
- Kulit Sensitif: PHA atau enzim eksfoliasi adalah pilihan yang lebih lembut, tidak
menyebabkan iritasi, dan membantu meningkatkan kelembapan.
Kesimpulan
Agen eksfoliasi memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan dan penampilan kulit. Dari eksfoliasi fisik hingga kimia, setiap jenis agen eksfoliasi memiliki mekanisme kerjanya sendiri untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan memperbaiki tekstur kulit. Namun, penting untuk memahami jenis kulit dan kebutuhan individu agar bisa memilih agen eksfoliasi yang tepat, sehingga manfaatnya bisa diperoleh tanpa menimbulkan efek samping. Dengan pemilihan dan penggunaan yang tepat, agen eksfoliasi dapat membantu kulit tampak lebih segar, halus, dan sehat.
Referensi
Bergfels, W. F. (1997). Cosmetic
use of alpha-hydroxy acids (Vol. 64, Issue 6).
Cao, C., Xiao, Z., Wu,
Y., & Ge, C. (2020). Diet and skin aging—from the perspective of food
nutrition. Nutrients, 12(3), 1–25.
https://doi.org/10.3390/nu12030870
Draelos, Z. D., Green,
B. A., & Edison, B. L. (2006). An evaluation of a polyhydroxy acid skin
care regimen in combination with azelaic acid 15% gel in rosacea patients. Journal
of Cosmetic Dermatology, 5(1), 23–29.
https://doi.org/10.1111/J.1473-2165.2006.00219.X
Fatima Grace, X.,
Anbarasan, B., Kanimozhi, T., & Shanmuganathan, S. (2018). Preparation and
evaluation of deep cleansing exfoliator. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research, 11(7), 356–359.
https://doi.org/10.22159/ajpcr.2018.v11i7.25807
Fatmawati, F., &
Herlina, L. (2017). Validasi Metode dan Penentuan Kadar Asam Salisilat Bedak
Tabur dari Pasar Majalaya. EduChemia (Jurnal Kimia Dan Pendidikan), 2(2),
141. https://doi.org/10.30870/educhemia.v2i2.1187
Karwal, K., &
Mukovozov, I. (2023). Topical AHA in Dermatology: Formulations, Mechanisms of
Action, Efficacy, and Future Perspectives. Cosmetics, 10(5).
https://doi.org/10.3390/cosmetics10050131
Kornhauser, A. (2010).
Applications of hydroxy acids: classification, mechanisms, and photoactivity. Clinical,
Cosmetic and Investigational Dermatology, 135.
https://doi.org/10.2147/ccid.s9042
Low, E., Alimohammadiha,
G., Smith, L. A., Costello, L. F., Przyborski, S. A., von Zglinicki, T., &
Miwa, S. (2021). How good is the evidence that cellular senescence causes skin
ageing? Ageing Research Reviews, 71(August), 101456.
https://doi.org/10.1016/j.arr.2021.101456
Magerusan, Soimita E., Hancu, G., & Rusu, A. (2023).
A Comprehensive Bibliographic Review Concerning the Efficacy of Organic Acids
for Chemical Peels Treating Acne Vulgaris. Molecules, 28(20).
https://doi.org/10.3390/molecules28207219
Piotrowska, A.,
Czerwi?ska-Ledwig, O., Serdiuk, M., Serdiuk, K., & Pilch, W. (2020).
Composition of scrub-type cosmetics from the perspective of product ecology and
microplastic content. Toxicology and Environmental Health Sciences, 12(1),
75–81. https://doi.org/10.1007/s13530-020-00051-9
Tang, S. C., & Yang,
J. H. (2018). Dual effects of alpha-hydroxy acids on the skin. Molecules,
23(4), 1–12. https://doi.org/10.3390/molecules23040863
Tören, E., Mazari, A. A., & Buzgo, M. (2024). Exploring the efficacy of AHA–BHA infused nanofiber skin masks as a topical treatment for acne vulgaris. Journal of Applied Polymer Science, 141(14), 1–13. https://doi.org/10.1002/app.55203
Tran, D., Townley, J. P., Barnes, T. M., & Greive, K. A. (2014). An antiaging skin care system containing alpha hydroxy acids and vitamins improves the biomechanical parameters of facial skin. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology, 8, 9–17. https://doi.org/10.2147/CCID.S75439
ditulis oleh,
Aisyah, S.Si., M.Si.