ditulis oleh
Maswati Baharuddin (Dosen Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar)
Peningkatan populasi manusia setiap hari semakin bertambah. Hal ini
kita bisa terlihat semakin banyaknya areal tanah yang sekarang berubah menjadi
areal perumahan. Tantagan terbesar kedepan yang adalah kurangnya pangan dan
meningkat populasi serta berkurangnya lahan untuk sumber pangan seperti
pertanian dan perikanan. Areal Pertanian berkuran seiring dengan peningkatan
jumlah popolasi manusia. Begitupula terkait dengan ketersediaan sumber daya
perikan mulai berkurang. Terjadinya penimbunan pantai dan danau menyebabkan
ketersediaan sumber protein ikan secara alami menjadi berkurang. Keberadaan
pabrik dan sumber pencemaran menyebabkan kontaminasi sumber daya hayati dengan
logam berat , plastic, deterjen dan limbah lain. Budidaya ikan menjadi salah
satu alternatif pemenuhan kebutuhan protein. Dalam pembudidayaan ikan dikolam
juga menghadapi beberapa kendala dialami
diantaranya kualitas air yang harus
diganti, pakan mahal, dan limbah kotoran dari ikan tersebut.
Salah satu solusi inovatif yang bisa diterapkan adalah Teknologi Bioflokulasi
untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan. Hal ini lah yang mendorong
untuk pengembangan system bioflokulasi dalam pemeliharaan ikan. Biflokulasi
berasal dari kata "bio" (kehidupan) dan "flok"
(gumpalan mikroorganisme). Teknologi yang memanfaatkan mikroorganisme untuk
menguraikan limbah organik di dalam kolam. Mikroorganisme membentuk flok
(gumpalan) yang dapat dimakan ikan sebagai sumber protein tambahan.
Dalam proses
bioflokulasi tejadi banyak rangkaian proses metabolisme fiksasi dan asimilasi. Fiksasi
nitrogen adalah proses perubahan nitrogen diatmosfer (N2) menjadi bentuk yang
dapat digunakan oleh mikroorganisme seperti ammonia atau nitrat. Proses
pembentukan asam amino yang merupakan precursor pembentuk protein. Jalur
sintesis asam amino juga dapat terjadi melalui glikolisis dan siklus krebs.
Pada Glikolisis dapat menghasilkan precursor untuk sintesis asam amino seperti
piruvat dan alfa ketoglutarate. Sedangkan pada sikus krebs dapat menghasilkan precursor
dari alfa ketoglutarate dan oksaloasetat. Dalam pebentukan asam amino
ketersediaan nutrisi dan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi hal tersebut. Peran
suhu, pH dan ketersediaan oksigen menjadi hal yang penting Selain fiksasi nitrogen pada kolam
bioflokulasi juga terjadi Fiksasi karbon. Fiksasi karbon ini terjadi dengan melibatkan mikroorganisme yang
dapat berfotosintesis atau kemosintesis. Maka pemeliharaan ini biasa
menggunakan cahaya matahari secara langsung. Fiksasi karbon ini terjadi dengan
penambahan molase.
Asimilasi
nitrogen terjadi melalui penyerapan nitrogen oleh organisme akuatik dan
mikroorganisme seperti ammonia, nitrit dan nitrat. Mikroorganisme dapat mengubah nutrisi yang dapat diserap menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Mikroorganisme mengunnakan nutrisi yang diserap menjadi
biomassa. Biomassa ini yang disintesis menjadi protein dan molekul lainnya. Asimilasi karbon
terjadi melalui penyerapan karbon dioksida dan mengubahnya menjadi bentuk yang
dapat digunakan untuk sintesis karbohidrat.
Mekanisme dan
Reaksi dalam Proses Biflokulasi meliputi Sumber Amonia (NH₃) dari Limbah Ikan
Ikan
menghasilkan limbah nitrogen (terutama amonia) dari Sisa pakan, Urin dan feses
ikan pada Reaksi awal, Protein →
NH₃ (amonia). Untuk menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme heterotrof (yang
menggunakan karbon), ditambahkan bahan kaya karbon seperti Molases, Tepung tapioca
dan Dedak. Reaksi mikroba heterotrof: NH₃ + C (molases) + O₂ → Biomassa
mikroba
Pembentukan
Flok (Gumpalan Mikroba). Mikroorganisme (bakteri
heterotrofik, jamur, protozoa) tumbuh dan membentuk flok yang melayang di air. Flok
ini Mengkonsumsi limbah nitrogen, Menyerap partikel organic, Menjadi pakan
alami bagi ikan
Pada proses ini diperlukan aerasi. Peran Aerasi Aerasi diperlukan untuk Menyediakan O₂ bagi mikroba dan ikan, Menjaga flok tetap tersuspensi dan Mencegah anaerobik (busuk). Aerasi mendukung respirasi aerobik, yaitu proses pengambilan energi dari molekul organik dengan bantuan oksigen.Oksigen memungkinkan mikroba menghasilkan lebih banyak energi (ATP) dibandingkan fermentasi anaerob.
Metabolisme
Mikroba Heterotrofik
a.
Metabolisme Katabolik (Pemecahan Senyawa)
Mikroorganisme dalam sistem bioflok memecah bahan organik, seperti
limbah ikan (NH₃, urea, protein tak tercerna). Dengan bantuan enzim, limbah
tersebut diubah menjadi bentuk yang bisa digunakan. Reaksi transaminasi dan deaminasi
b.
Metabolisme Anabolik (Pembentukan Senyawa)
Mikroorganisme kemudian mensintesis biomassa baru (flok)
menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen dan karbon dari molases atau
tapioka. Proses ini termasuk ke dalam biosintesis protein mikroba.
Rasio C:N
(Carbon to Nitrogen)
Dalam metabolisme mikroba, rasio C:N ideal sekitar 12–20:1
untuk pertumbuhan optimal mikroba heterotrofik. Jika rasio seimbang, mikroba
dapat mengasimilasi nitrogen (amonia) menjadi protein mikroba, membentuk flok.
Jalur Metabolik yang Terlibat
Tabel (File Word)
Manfaat flok
bagi ikan, Flok yang terbentuk mengandung protein mikroba, lemak, dan
vitamin. Ketika ikan memakan flok tersebut, terjadi daur ulang nutrien:
Flok → Dicerna → Diserap jadi nutrisi ikan
Itulah gambaran bagaimana pemanfaatan mikroba
dalam bioteknologi perkanan. Secara umum kita bisa mendalami proses metabolisme
biomolekul dari proses bioflokulasi.